16 Maret 2009
Ternyata pake Axis bisa.....
dia memang baik koq.... ;)
16 November 2008
Isi di balik sebuah E-mail
Kuliah Security minggu kemarin membahas mengenai data pada email. Hal pertama yang dilakukan adalah mencoba mengirim sebuah email dengan data berupa gambar atau tulisan biasa. Saya mencoba mengirim tulisan di atas beserta attachement sebuah gambar dalam sebuah email, dan mengirim ulang kembali dengan attachement berbeda untuk melihat perubahan yang nampak pada full header. Berikut sceenshoot yang diambil dari window browser.
(tanpa merubah isi sejak diterbitkan, revisi dilakukan pada beberapa gambar)
30 Oktober 2008
Barack Obama....?
US presidential candidate Barack Obama is to air a half-hour, prime-time advert on seven US TV channels.
The move comes after his Republican rival John McCain, campaigning in Florida, launched an attack on Mr Obama's national security credentials. In a speech in Tampa, Mr McCain made it clear he thought Mr Obama unqualified to act as commander-in-chief.
Mr Obama is also in the key battleground state, for a rally later with former President Bill Clinton. Six days from the 4 November election, Senator Obama leads in national and most swing-state opinion polls.
Unprecedented
Mr Obama's half-hour TV spot will be shown on CBS, Fox and NBC, at a cost of about $1m (£630,000) per network, as well as on Spanish language channel Univision, BET, MSNBC and TV One.
Mr McCain has also been attacking his rival's defence and security policies |
During one portion of the spot, Mr Obama will speak live from a rally in Florida.
The BBC's Justin Webb in Washington says that while it is not unheard of for American politicians to buy large chunks of television time - millionaire Ross Perot did it in 1992 - Mr Obama's move is unprecedented in its scope.
Only one of the major TV networks, ABC, is not running the film - which has been weeks in the making - and Fox News has decided not to broadcast its pre-game show ahead of the fifth game of the baseball World Series in order to accommodate it.
Earlier on Wednesday, in a speech to supporters in Tampa, Mr McCain questioned his rival's security credentials, saying: "The question is whether this is a man who has what it takes to protect America from Osama bin Laden, al-Qaeda and the other great threats in the world."
"He has given no reason to answer in the affirmative".
Mr McCain's assault on his opponent's defence and security policies came after a meeting with a number of senior former military officials.
At an earlier event in Miami, Mr McCain had launched a series of attacks on his rival's tax policies.
"This is the fundamental difference between Senator Obama and me," he said.
"He thinks taxes are too low, and I think that spending is too high."
Mr Obama, at an event in North Carolina, poured scorn on Mr McCain's recent accusations that he is a "socialist".
"By the end of the week, he'll be accusing me of being a secret communist because I shared my toys in Kindergarten," he told supporters.
After his TV spot airs, the Democratic candidate is scheduled to join Mr Clinton for an evening rally in Kissimmee, near Orlando, timed to coincide with the late evening news shows.
The latest Associated Press-GfK poll has Mr Obama and Mr McCain virtually tied in Florida and North Carolina. It has Mr Obama leading Mr McCain in Colorado, Nevada, New Hampshire, Ohio, Pennsylvania and Virginia.
The latest Gallup poll has Mr Obama leading Mr McCain nationally by 50% to 43%.
From: BBC NEWS
13 Oktober 2008
Plurk, cara baru bersosialisasi...
Tepatnya seminggu kemarin, saya mencoba mencari informasi apa sih plurk itu. Browsing di user plurk teman, saya mendapatkan hal baru yang membuat lebih penasaran. Akhirnya akhir weekend minggu kemarin saya registrasi dan mencoba bersosialisasi lewat plurk.
ada yang punya plurk juga?? boleh dong berbagi..
20 September 2008
Single-vendor or multi-vendor services?
Dunia teknologi informasi yang berkembang terus saat ini berdampak pada tuntutan bagi sebuah perusahaan untuk mengembangkan sistem penyampaian informasi dari tradisional menuju era digital information. Hal ini menjadi fokus kegiatan sendiri dalam perusahaan itu karena menjadi base land dari semua laju bisnis dan kepentingan perusahaan. Munculnya beragam vendor penyedia sarana teknologi informasi harus dicermati secara baik oleh seorang manajer IT dalam sebuah perusahaan. Pemilihan dan penggunaan sistem tidak dapat dipandang sebelah mata, karena hal ini memerlukan perhatian lebih, apakah akan menggunakan sistem single-vendor yang artinya hanya satu merk saja atau multi-vendor, dalam hal ini mengintegrasikan berbagai merk dalam satu sistem.
Seperti dibahas oleh Richardus Eko Indrajit dalam tulisannya mengenai infrastruktur multi sistem, bahwa paling tidak permasalahan ini harus dianalisa dari dua sudut pandang, secara finansial dan teknis. Secara finansial jelas terlihat bahwa memiliki sistem standar akan jauh relatif lebih murah dari pada sistem yang terbentuk dari beberapa komponen dengan standarnya masing-masing.
Pertama adalah masalah pemeliharaan atau maintenance. Satu sistem berarti satu vendor. Artinya, perusahaan hanya perlu menjalin hubungan dengan satu vendor sistem yang bersangkutan untuk kontrak supports dan services. Jika infrastruktur teknologi informasi terdiri dari beragam komponen dengan bermacam-macam merek, berarti perusahaan harus memiliki hubungan dengan beberapa vendor sekaligus, terutama untuk memelihara komponen-komponen yang sangat kritikal bagi bisnis (jika komponen tersebut rusak, dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan sehari-hari).
Kedua berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan SDM (internal training). Walau bagaimanapun, Divisi Teknologi Informasi perusahaan harus memiliki karyawan yang memiliki kompetensi dan keahlian terhadap sistem yang diimplementasikan di perusahaan. Memiliki sistem yang beragam berarti harus mengirimkan beberapa karyawan ke beberapa lembaga pelatihan. Biaya pendidikan ini tentu saja tidak sedikit, mengingat bahwa komponen teknologi informasi selalu berkembang dari satu versi ke versi baru berikutnya, sehingga karyawan harus selalu meng-update pengetahuannya sehubungan dengan perkembangan ini.
Ketiga adalah masalah interfacing. Tidak semua komponen dapat dengan mudah dipadukan dengan beberapa komponen lainnya. Terkadang perlu dibangun suatu jembatan komunikasi antara satu komponen dengan komponen lain tersebut. Untuk membangun interface ini, yang pada dasarnya dapat berupa perangkat keras maupun perangkat lunak, tentu saja diperlukan investasi khusus dari perusahaan yang tidak sedikit. Tentu saja biaya investasi semakin membengkak sejalan dengan semakin banyaknya komponen yang harus dikoneksi.
Keempat berkaitan dengan biaya-biaya tak terduga lain yang mungkin timbul di kemudian hari akibat adanya sistem yang tidak seragam. Misalnya jika salah satu komponen harus diganti karena telah diciptakannya komponen lain dengan versi yang lebih baru. Akibatnya, beberapa atau seluruh komponen yang terkait dengannya harus mengalami pergantian pula agar sistem dapat bekerja dengan normal (kalau komponen tidak diganti, ditakutkan sudah tidak ada lagi support atau services bagi komponen lama). Contoh lain adalah masalah keamanan atau redudansi sistem. Sistem yang baik adalah suatu sistem yang dirancang sedemikian rupa, sehingga jika ada sebuah komponen yang tidak bekerja karena sesuatu hal, ada komponen yang siap menggantikannya, sehingga proses tidak terhenti. Bayangkan berapa komponen harus dipersiapkan cadangannya jika sistem terdiri dari beraneka ragam komponen? Masalah klasik lainnya adalah terciptanya suatu aplikasi yang cenderung tambal sulam sehingga mengurangi kinerja sistem (integritas, keamanan, efisiensi, efektivitas, kontrol, dsb.) yang secara langsung dan langsung akan merugikan perusahaan secara finansial.
Jika ditinjau dari segi teknis, tampak pula bahwa memiliki satu sistem standar akan jauh lebih baik dibandingkan dengan dengan memelihara sistem dengan beragam merek komponen.
Alasan pertama adalah masalah kompatibilitas. Banyak komponen yang tidak kompatibel antar satu dan yang lainnya (dibangun di atas aturan-aturan yang tidak baku), sehingga terkadang secara teknis tidak dapat terpecahkan (perusahaan harus memilih ingin berkiblat kepada merek komponen yang mana).
Kedua adalah masalah reliabilitas. Semakin banyak interface yang dibuat untuk menjembatani dua atau lebih komponen yang berbeda, akan akan semakin berpotensi mengurangi tingkat integritas sistem. Dengan kata lain, data atau informasi yang dihasilkan cenderung tidak akurat, redundan, tidak dapat dipercaya (memiliki kualitas yang rendah).
Ketiga adalah masalah kontrol dan pemeliharaan. Semakin beragam sistem, semakin sulit mengontrolnya karena setiap kali sebuah komponen ditambah atau diganti dengan versi baru, akan semakin bertambah kompleksitasnya (menciptakan persoalan-persoalan baru), sehingga semakin sulit mengontrolnya.
Keempat berhubungan dengan tingkat fleksibilitas sistem. Jika ada teknologi baru yang secara prinsip mengganti cara kerja komponen utama, maka harus diadakan perombakan secara teknis (desain baru dan konstruksi ulang) terhadap semua komponen terkait. Semakin kompleks sistem, akan semakin sulit merombaknya.
Kelima adalah masalah kinerja. Sering terjadi bahwa sistem standar memiliki kinerja yang jauh lebih baik (lebih cepat prosesnya, dan lebih hemat memorinya) dibandingkan dengan sistem campuran walaupun secara teknis spesifikasi masing-masing komponennya sama. Tentu saja perusahaan tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasi hal ini.
Mengapa saat ini pada kenyataannya masih banyak perusahaan yang memiliki sistem dengan beragam merek komponen jika sudah jelas bahwa sistem dengan merek standar jauh lebih baik dan menguntungkan?
Alasan pertama adalah karena jarang terdapat sebuah vendor atau perusahaan teknologi informasi yang memiliki seluruh produk yang dibutuhkan oleh sebuah sistem informasi perusahaan. Jika ada pun, pasti merupakan perusahaan raksasa, seperti IBM dan Hewlett Packard, yang menjual komponen-komponennya dengan harga relatif mahal, yang hanya terjangkau untuk perusahaan skala menengah ke atas.
Alasan kedua adalah bahwa tidak semua komponen kritikal untuk bisnis perusahaan yang bersangkutan, sehingga untuk komponen-komponen ini (seperti modem, hub, kabel, monitor, dsb.) diputuskan untuk mencari merek yang beragam (kualitas baik untuk harga yang tidak begitu mahal).
Alasan ketiga berkaitan dengan resiko yang dihadapi perusahaan. Bayangkan jika perusahaan sudah memutuskan untuk menggunakan suatu merek tertentu dan pada suatu ketika perusahaan supplier komponen-komponen tersebut mendadak bangkrut?
Alasan berikutnya adalah karena sudah banyaknya komponen yang menjanjikan kompatibel dengan standar-standar internasional yang telah ditetapkan (contohnya adalah protokol komunikasi data, struktur database, user interface, dsb.). Walaupun berbeda merek, tetapi vendor pencipta komponen yang ada mengacu kepada spesifikasi teknis internasional, yang secara de facto telah menjadi standar sistem.
Alasan lain adalah masalah harga komponen. Komponen bermerek internasional dengan produksi lokal terkadang jauh sekali harganya, dimana komponen lokal dapat 2 hingga 10 kali lebih murah dibandingkan dengan produksi perusahaan internasional (apalagi dengan fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar yang terjadi belakangan ini). Belum lagi biaya pemeliharaan yang cenderung menggunakan mata uang dolar Amerika untuk produk internasional.
Berkaitan dengan masalah keamanan jaringan, seorang manajer perusahaan juga harus memperhatikan hal ini sebelum menentukan pilihan sistem yg akan digunakan. Menurut Budi Rahardjo dalam bukunya yang berjudul Keamanan sistem informasi berbasis internet, disebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kejahatan komputer terutama berhubungan dengan sistem informasi disebabkan karena transisi dari single-vendor ke multi-vendor sehingga lebih banyak sistem atau perangkat yang harus dimengerti dan masalah interoperability antar vendor yang lebih sulit ditangani. Untuk memahami satu jenis perangkat dari satu vendor saja sudah susah, apalagi harus menangani berjenis-jenis perangkat. Bayangkan, untuk router saja sudah ada berbagai vendor; Cisco, Juniper Networks, Nortel, Linux-based router, BSD-based router, dan lain-lain. Belum lagi jenis sistem operasi (operating system) dari server, seperti Solaris (dengan berbagai versinya), Windows (NT, 2000, 2003), Linux (dengan berbagai distribusi), BSD (dengan berbagai variasinya mulai dari FreeBSD, OpenBSD, NetBSD). Jadi sebaiknya tidak menggunakan variasi yang terlalu banyak. Menggunakan satu jenis sistem juga tidak baik. Ini dikenal dengan istilah mono-culture, dimana hanya digunakan satu jenis sistem operasi saja atau satu vendor saja. Karena bila terkena masalah (virus misalnya yang hanya menyerang satu vendor itu saja), maka akan habis sistem kita. Akan tetapi jika terlalu bervariasi akan muncul masalah seperti diutarakan di atas.
Lalu mana yang lebih baik? Single-vendor atau multi-vendor services?
Saya sangat sependapat dengan Pak Budi di atas, sama halnya seperti yang diuraikan Pak Richardus bahwa dalam menjawab hal tersebut harus diadakan analisa lebih jauh dan mendetail, yang selain harus dilihat dari kacamata finansial dan teknis, harus pula dilihat dari perspektif lain, seperti sumber daya manusia, perencanaan strategis, operasional, struktur organisasi, budaya perusahaan, dan lain sebagainya.
Secara prinsip memang lebih baik menggunakan standar untuk komponen-komponen utama teknologi informasi - misalnya untuk komputer pusat (server) dan komponen-komponen jaringan (LAN) – dan non standar untuk komponen lain yang bersifat tambahan. Analisa resiko dan analisa keuangan (cash flow basis) pun harus dilakukan dengan seksama untuk menghindari kesalahan perkiraan pengeluaran di kemudian hari.
Banyak orang yang berpikiran bahwa biaya pengembangan teknologi informasi berhenti setelah sistem dibuat dan diimplementasikan. Padalah banyak sekali biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) pada tahap pasca implementasi, terutama yang berhubungan dengan pemeliharaan sistem, dan pengembangan sistem di kemudian hari.
Referensi:
Richardus Eko Indrajit. (2008). Infrastruktur Multi-Sistem dipandang dari Perspektif Teknis dan Keuangan. Diakses 19 September, 2008, dari http://www.indrajit.org.
Budi Rahardjo. (2005). Kemanan Sistem Informasi Berbasis Internet. Bandung: PT Insan Infonesia. Jakarta: PT INDOCISC.
19 September 2008
Online pake GSM or CDMA ya?
Kira2 dua minggu yang lalu saya mencoba online di rumah menggunakan fasilitas modem di hp SEZ800i+halo simcard. Itu baru kali pertama OL pake hp, setelah setting beberapa hal akhirnya...yipie bisa konek internet di komputer rumah...merdeka! bertahun-tahun tuh komputer baru mengenal dunia maya pas minggu itu...
coba buka fs, yahoo, detik, googling beberapa hal, cek email kantor, cek blog dan browsing lainnya...ternyata wuz..wuz..wuz, gile cepet pissaan (bila dibanding jaringan di kantor). ga terasa saking asyiknya baru baca2 hasil browsing, billing udah lebih dari 10rb (baru 2 menit, tapi memang byte yg keterima besar juga).
Beberapa hari kemudian nyoba OL pake CDMA (ZTE+Fren) setelah dapet drivernya dari mas Hendi yg sama2 ngantongin ZTE+Fren. Setelah berhasil konek internet, coba buka alamat yg sama kayak minggu itu...alhasil, page yg kebuka lama juga...alias lemot. Harus bersabar dan jangan banyak buka halaman browser. Kalo buat chating siy lancar abiz.
Inget iklan waktu ke BSM, Telkomsel nawarin paket untuk langganan pake halo....jadi pengen nyoba langganan. Kalo ga salah 250rb dapet modem gratis (tapi harus langganan setaun) dan 125rb yg tanpa modem (opsi yg masuk akal, karna saya punya SEZ800i itu buat jadi modem).
Tapi sampai saat ini masih belom juga daftar, masih bingung mau pilih yang mana...ada yg bilang kalo CDMA lebih murah dibanding GSM. Terpikir kalo OL, saya bakal banyak browsing dan download data2 di internet buat kebutuhan penelitian dan social network saya sendiri. mmh...pake apa ya? kayaknya enakan GSM ya...karena udah 3G kan jadi lebih cepat. CDMA ada yang lebih cepat ga ya?